Ilustrasi dari http://ocw.hcmuaf.edu.vn |
Mungkin Anda sering mengalami saat Anda bertanya pada teman perempuan Anda mengenai keadaan mereka, mereka selalu menjawab “Aku baik-baik saja.” Padahal, Anda bertanya seperti itu setelah melihat parasnya tampak sedang menyimpan sedih. Seringkali, bagi pria, hal ini dilewatkan begitu saja. Paling, ia hanya membalas “O, Okay, kalau begitu” dan lalu berlalu begitu saja. Selanjutnya, apakah teman perempuan Anda bereaksi dengan mendiamkan Anda untuk beberapa waktu atau lebih ekstrem lagi menjadi luar biasa marah pada Anda karena merasa tidak Anda perhatikan? Saya yakin keduanya pasti sering Anda alami—khususnya para pria.
Ketika perempuan sedang menghadapi masalah, biasanya mereka cenderung diam. Mereka akan sangat senang bila ada yang memberi perhatian padanya dengan sekadar bertanya tentang keadaan mereka. Bertanya tentang keadaan adalah sebuah langkah yang baik. Tapi, hal ini tidak cukup. Ketika perempuan itu menjawab tidak ada masalah, sebaiknya Anda tidak langsung berlalu begitu saja. Sebenarnya, perempuan ingin ditanyai lebih lanjut mengapa muka mereka masam alias tidak ceria dan sebagainya.
Bagi perempuan, diam tidak berarti mereka mau sendirian saja. Perhatian dari orang-orang sekitar mereka butuhkan. Perhatian ini bisa menjadi obat yang mujarab. Bagi perempuan, menceritakan langsung tentang perasaan maupun problem yang sedang ia hadapi kepada orang lain kadang menjadi gengsi tersendiri. Apalagi untuk perempuan modern yang seringkali memiliki self esteem yang tinggi. Mereka tidak ingin disebut sebagai perempuan lemah. Selain itu, dengan berkeluh kesah, mereka khawatir akan memberatkan orang lain.
Bagi kebanyakan orang terutama pria akan berpikir bagaimana caranya mengetahui keinginan perempuan saat mereka tidak mau mengatakannya. Padahal perempuan itu jelas merupakan perempuan terdekat dan dikenal baik oleh mereka. Nah, bagaimana jika perempuan itu adalah konsumen kita. Apakah kita harus punya kemampuan telepati hanya untuk memahami semua perempuan. Memahami satu perempuan saja akan sangat susah, apalagi jika konsumen kita semua perempuan. Bayangkan Anda harus membaca keinginan banyak perempuan yang menjadi konsumen Anda.
No one can understand women. Beberapa pria langsung memberikan pernyataan ini jika mereka diminta untuk memahami perempuan. Kemauan untuk memahami perempuan tentu saja menjadi hal yang pertama kali harus dilakukan. Begitu banyak perempuan tentu banyak keinginan terpendam atau unspoken needs. Bagi perempuan, jika ada pemilik merek yang mampu membaca keinginan terdalam mereka, apa pun akan mereka lakukan untuk membela merek tersebut.
Dalam satu FGD (focus group discussion), ada sejumlah perempuan yang mengungkapkan ingin sekali pasangannya memahami mereka tanpa mereka perlu mengatakannya. Alasan yang dikemukakan ketika ditanya bagaimana pasangannya tahu keinginan tersebut jika tidak disebutkan ternyata jawabannya adalah mereka menyukai faktor kejutan yang muncul. Apa yang mereka inginkan ternyata dipahami oleh pasangannya. Karena ini, perempuan merasa menjadi sangat istimewa. Namun, perempuan juga mau ditanya bila kita belum bisa memahami mereka dalam sikap diamnya tersebut.
Pasti sangat tidak mudah untuk memahami perempuan hanya dengan membaca wajah mereka. Sebab itu, bertanyalah pada mereka dan berikan empati. Empati di sini adalah tidak bertanya yang kesannya menginterogasi mereka. Bagi perempuan, ketika mereka memiliki keinginan terpendam terutama terkait masalah, diperlukan pertanyaan yang bernada empati. Jangan sampai ketika mereka menjawab tidak ada masalah, sementara mereka menunjukkan ekspresi wajah yang sedang bermasalah, perhatian Anda berlalu begitu saja dan malah melontarkan pertanyaan tidak empatik.
Saat berempati, tempatkan Anda sebagai pendengar yang baik dan ajukan pertanyaan bernada empatik kepada perempuan. Ini akan jauh lebih istimewa lagi jika Anda berhasil mengidentifikasi kemauan mereka dan mewujudkan keinginan mereka. Hal ini akan memberikan efek yang luar biasa karena mereka akan merasa dipahami dan disayang. Ketika perempuan merasa disayang, efeknya adalah mereka akan dengan senang hati menyayangi produk dan merek Anda bahkan rela menjadi evangelist-nya.
Pada intinya, bertanyalah pada perempuan ketika mereka mengalami perubahan sikap. Berikan empati sehingga mereka merasa dekat dengan kita. Gunakan peluang ini sebagai media untuk memupuk kepercayaan mereka. Kalau hal ini dilakukan, dapatkan manfaatnya dan bonusnya.
Tulisan ini dibuat dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung oleh Kompas.com dan www.the-marketeers.com
0 comments:
Post a Comment