Jumat, 06 Mei 2011 - 16:21 WIB
Keberhasilan PT XL Axiata Tbk (XL) merubah image dari operator penyedia layanan telekomunikasi premium menjadi murah meriah, banyak mendapat acungan jempol. Tak hanya di dalam negeri, penghargaan pun datang dari dunia luar. Di ajang Telecom Asia Award 2011 yang berlangsung di Singapura, XL menyabet dua penghargaan sekaligus, yakni sebagai ”The Best Emerging Market Carrier” dan ”Telecom CEO of The Year” yang diberikan kepada Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi.Torehan prestasi XL ini tentu saja tidak datang begitu saja. Ada proses panjang dan berliku yang harus dihadapi oleh seluruh manajemen dan karyawan XL yang kini berjumlah 4.000 orang. Menariknya, salah satu kunci keberhasilannya adalah dengan cara merevolusi SDM-nya. Topik inilah yang dibedah oleh Hasnul Suhaimi dihadapan lebih dari 100 audiens di acara HR Cafe yang difasilitasi oleh Kubik, salah satu perusahaan training and consultancy, di Jakarta (5/5).
Dari sisi implementasi human resource management, kesuksesan XL ini tentu saja menjadi sumber inspirasi. Bagaimana tidak, XL yang sebenarnya adalah perusahaan telko tertua namun dalam perjalanan dan persaingan XL belum bisa memosisikan diri sebagai perusahaan terpandang dan belum juga berhasil menguasai market share. XL harus selalu puas di urutan juru kunci. Tantangan makin bertambah ketika eforia operator telko bermunculan bak jamur di musim penghujan yang kini telah menjadi 11 operator.
Masuknya Hasnul Suhaimi menjelang akhir 2006, rupanya menjadi tonggak kebangkitan XL. Didukung oleh komitmen kuat pemegang saham Hasnul tampil sebagai sosok leader yang mengajak seluruh team work XL sebagai gerbongnya. Dengan visi yang sangat simpel XL 123, insan XL mulai fokus dan tahu ke mana harus melangkah.
”Makna XL 123 itu kami terjemahkan, kalau XL ingin berubah maka harus clear dulu ke mana tujuan yang harus dituju. Angka 1 menunjukkan XL harus memiliki jaringan nomor satu dari sisi kualitas sinyal dan distribusi sebarannya. Dan yang paling penting XL memiliki target menjadi operator nomor 2 di negeri ini dalam waktu 3 tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut dicanangkanlah program XL sebagai perusahaan yang fast, eager, dan lean.” ujar Hasnul dalam penyampaian materinya.
Dalam praktek di lapangan, Hasnul mengakui tidak semudah membalikkan tangan. ”Tantangan terbesarnya adalah memastikan bahwa kita memiliki team work yang solid. Saya memerlukan waktu hampir setengah tahun untuk memastikan team work bisa berjalan dan memastikan tidak ada lagi trouble maker di dalamnya,” katanya sambil meneruskan bahwa XL kini telah menjadi nomor dua sejak akhir 2010 silam.
Pertumbuhan pelanggan XL sendiri termasuk sangat pesat, dari 31 juta pelanggan pada 2009 menjadi 40 juta hingga akhir 2010. Bahkan manajemen XL sempat melakukan revisi target pelanggan karena laju pertumbuhannya melebihi dari yang diperkirakan. Dari pendapatan usaha sebesar Rp 17 triliun pada 2010, XL meraup keuntungan bersih Rp 2,89 triliun, meningkat 27% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,7 triliun.
Hasnul yang tampil sederhana dengan mengenakan baju koko dibalut blazer santai, tak segan menghampiri audiens dan sesekali melakukan komunikasi sehingga diskusi berjalan mengalir. Hasnul mengajak kepada para praktisi SDM bahwa mengadapi era sekarang ini, peran HR departement tidak lagi mengurusi urusan administrasi.
”Saya bilang orang HRD itu kuno kalau mindset-nya hanya melulu mengurusi aturan perusahaan, memantau absensi karyawan dan menggaji karyawan saja. HRD juga harus aktif bergerak dan terbuka wawasannya tentang bisnis. HRD harus terlibat menjadi tim inti dari manajemen untuk memastikan perusahaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan,“ imbuhnya. (rk)
portalhr.com
URL : http://www.portalhr.com/beritahr/seputarhr/1id1789.html
0 comments:
Post a Comment