Saturday, February 5, 2011

Personal Branding Tanpa Beban via Twitter


January 29, 2011
Oleh Nukman Luthfie


Dalam pergaulan sehari-hari, saya mengenal Isman H Suryaman sebagai ahli IT dan penulis buku. Namun, di jagad Twitter saya mengenalnya lebih dalam sebagai pria jenaka. Tweetnya selalu lucu dan cerdas. Salah satu buktinya, ketika saya tweet hubungan antara Twitter List dengan Personal Branding, yang kemudian mendapat tanggapan pro dan kontra, Isman justru memberikan respon di luar dugaan. @Ismanhs: “Thanks to @nukman, now people realize that Twitter lists are negotiational tools. “Follow me, or I’ll put you under “Tukang Ngupil”!

Pantas jika dari 140 list yang dibuat orang lain, ia dominan dimasukkan ke list sebagai Tweeps jenaka seperti wittytweeps-funny, si cerdas, cerdaslucu, unyupeople.

Di benak saya, Isman yang  membuat tweet jenaka dalam bahasa Inggris, kadang dengan tagar (tanda pagar, #) oxymoron, termasuk mahluk jarang di ranah Twitter. Isman = oxymoron. Maka ketika ia meluncurkan bukunya berjudul Oxymoron, Oktober tahun  lalu, saya pun terpicu untuk membelinya.


Candra Malik lain lagi. Di benak saya, ia seorang sufi yang secara terbuka berbagi soal kesufian. Ia membuka tirai, sufi itu bukan jalan sunyi untuk diri sendiri, tetapi sesuatu yang bisa diperbincangkan dengan siapapun, dengan segala pro dan kontranya. Ia rajin mentweet hal-hal yang berkaitan dengan kesufian. Konsisten. Tak heran jika  pria Solo ini di-list sebagai sufi, food-for-thought, liberalis, ustadz, dan lainnya.

Sementara itu Ligwina Hananto, yang konsisten melimpahi tweetnya tentang perencanaan keuangan dengan gaya yang asik, mendapat hadiah di-list oleh 300 lebih pengguna Twitter, dengan dominasi sebagai “finplan, expert, fnance, keuangan” dan sejenisnya.

Iim Fahima, CEO Virtual Consulting, yang bersemangat ngetweet tentang strategi komunikasi online dan social media, juga diganjar dengan 194 list dengan kata kunci  ”communications, online marketing, socialmedia, marketing, iklan, digitalmedia, creative”.

Apakah mereka sengaja membangun citra seperti itu? Rasanya tidak penting menjawab pertanyaan itu. Yang penting, mereka konsisten berbagi di Twitter mengenai hal-hal yang mereka senangi.

Sedikitnya ada dua hal yang membuat mereka mendapat hadiah di-list sebagai ahli di bidangnya.

Pertama: Mereka konsisten mengaliri gariswaktu (timeline) Twitter mereka dengan keahlian dan minat masing-masing.

Mereka memang berbagi banyak hal sebagaimana pengguna Twitter lainnya. Mereka ngetweet suka-suka. Namun, dalam sepekan, hampir pasti saya melihat gariswaktu mereka diisi dengan hal-hal yang terkait keahlian dan minat mereka masing-masing.

Kedua: mereka mengaliri gariswaktu sebagai manusia.

Meski tweet mereka padat dengan hal-hal yang menjadi keahlian mereka, namun mereka menyampaikannya secara santai, seringkali dengan jenaka. Kadang salah pula. Kadang berantem gagasan dengan followernya.  Sangat manusiawi. Mereka menjadi dirinya sendiri. Dengan gaya bahasanya sendiri.

Tanpa beban untuk menjadi orang lain.

Tanpa beban untuk kelihatan cerdas, keren,  pintar.

Mengalir saja.

Sangat sederhana bukan?

0 comments:

Post a Comment